![]() |
Foto: Agus Budi Santoso |
(Seniman lintas generasi, lintas kota dan provinsi)
Dari Pertunjukan Puisi ‘Mbohlah’ Slamet Unggul
-sebuah kesempurnaan yang tak terduga
“Bib Bob Bib Bob Bib Bob...”
seketika kudukku merinding dan terbayang nonton bib bob nya bengkel teater rendra. hanya malam itu suara keluar dari vokal slamet unggul di balik layar. secara berulang, slamet unggul melafalkan ‘mbohlah’ sebagai pembuka pertunjukan puisinya. tekanan dan intonasi suara yang unggul secara teknik mampu mengantarkan imagi penonton ke dalam aksentuasi magis yang sulit terutarakan. Penonton hening, semua terpaku pada asal suara. tak berapa lama, agung wibowo dengan gerak yang sangat teatrikal bergerak-gerak dengan mengibar-ngibarkan merah putih semakin menambah kekuatan pertunjukan ini dan mengantarkan situasi yang paling puitis. Dengan lembut dan pelan, penonton diajak memasuki satu labirin yang diurai slamet unggul lewat puisi-puisinya yang memang indah dan bernas!
yap, seketika runtuhlah anggapanku tentang slamet unggul bahwa tak akan ada yang bisa didapat dari pementasan pertunjukan puisi tersebut. dengan kemampuan artistik yang sangat piawai, slamet unggul telah berani melakukan terobosan-terobosan dalam seni panggung yang jarang dilakukan oleh para seniman kita (untuk dibilang tidak ada). salah satu yang patut diacungi jempol adalah keberanian slamet unggul memasukkan unsur musik digital sebagai ilustrasi yang lazim diputar pada festival dance serta silhuet yang transparan. ini adalah keindahan yang tak terduga sebenarnya puisi-puisi slamet unggul cukup sederhana. tetapi, dalam kesederhanaan itu, slamet unggul cukup mampu mengakomodir berbagai persoalan baik yang subyektif maupun obyektif seperti persoalan sosial yang kini lagi marak.
Dalam hal ini slamet unggul cukup berhasil dan nampaknya ‘tinggi artistik’ bukan persoalan berat baginya. Maka tidaklah berlebihan jika Eko Tunas mengungkapkan bahwa judul ‘mbohlah’ begitu sufistik... embuhlah... dan tidak berlebihan pula jika slamet unggul dalam bidang kepenyairan sangat pantas disandingkan dengan Sutardji CB dan bahkan Sapardi Djoko Damono sekalipun, tentu saja dalam wilayah yang lain.
Dari sisi keaktoranpun unggul sangat kampiun. tata teknik vokal yang sangat dikuasai dan kemampuannya mengolah tubuh sehingga menghasilkan gerak-gerak indah yang hanya bisa ditandingi oleh ‘butoh’ cukup mampu menghantarkan dan semakin kian memberi ruh pada puisi yang dipresentasikan. apalagi diperkuat oleh Didiek ws serta Bayu Aji Anwari yang sangat menguasai panggung. musik indah hasil kolaborasi ujang, Gus Tinoeng dan Nawi Aan semakin membuat suguhan ini menjadi ‘kesempurnaan yang tak terduga’.
Dan dengan tulus ikhlas, kuberikan penghormatan setinggi-tingginya bagi slamet unggul, serta akhirnya harus kuakui pula, bahwa di semarang hanya ada dua aktor sejati; slamet unggul dan eko tunas. Selamat!
0 Comments