MENGINGAT FATIMAH; BERPUASA DARI PRAHARA KARBALA
Oleh: Lukman Wibowo*
Malam ini kita sahur bersama Fatimah
Kita teguk embun dari lembah Karbala
Bersantap dari layanan anak anak budak yang lahir oleh rahim duka sejarah;
yang memanggil ibu pada cinta, yang memanggil ayah pada pengkhianatan.
Kau menjerit di dalam bibirku
Berteriak menyebut nama imam yang kita tunggu
Lalu telanku menjadi kesakitan di tiap suap rekah,
seraya menyusun rasa lapar baru yang kian rakus pada wangi darah.
Berkali-kali kita berpuasa
Menyumbat kenyang, mengalirkan api membakar ke lambung haram,
namun tetap saja kita dirundung kelaparan.
Lagi-lagi kita berpuasa,
tapi ada nanar di dalam mulut bungkam,
yang kemudian menyantap kematian perlahan-lahan.
Senja ini kita kembali berbuka.
(Seperti empat belas abad yang silam),
kita makan jasad Fatimah
dan mencucup airmata dari tanah prahara.
LW – Banyumanik, 7/6/2005
*Lukman Wibowo; Pengasuh Rumah Pemikiran Banyumanik dan Pegiat LanggArt Indonesia
Oleh: Lukman Wibowo*
Malam ini kita sahur bersama Fatimah
Kita teguk embun dari lembah Karbala
Bersantap dari layanan anak anak budak yang lahir oleh rahim duka sejarah;
yang memanggil ibu pada cinta, yang memanggil ayah pada pengkhianatan.
Kau menjerit di dalam bibirku
Berteriak menyebut nama imam yang kita tunggu
Lalu telanku menjadi kesakitan di tiap suap rekah,
seraya menyusun rasa lapar baru yang kian rakus pada wangi darah.
Berkali-kali kita berpuasa
Menyumbat kenyang, mengalirkan api membakar ke lambung haram,
namun tetap saja kita dirundung kelaparan.
Lagi-lagi kita berpuasa,
tapi ada nanar di dalam mulut bungkam,
yang kemudian menyantap kematian perlahan-lahan.
Senja ini kita kembali berbuka.
(Seperti empat belas abad yang silam),
kita makan jasad Fatimah
dan mencucup airmata dari tanah prahara.
LW – Banyumanik, 7/6/2005
*Lukman Wibowo; Pengasuh Rumah Pemikiran Banyumanik dan Pegiat LanggArt Indonesia
0 Comments