Apalah arti perdebatan jika hanya saling bantai, saling menjatuhkan. Atau bakan berkeinginan menjadi pemenang dalam perdebatan pemilihan presiden (pilpres) 2019. Karena kemenangan sesungguhnya ketika seseorang bersikap, bahasa Jawanya “nguwongno” atau memanusiakan.
Jadi perdebatan besok Sandiaga Sholahuddin Uno atau Sandi seyogyanya menempatkan KH. Maruf Amin bukan sebagai lawan politik melainkan guru. Begitupun juga KH. Maruf Amin jangan ditempatkan sebagai pesaing wakil presiden, namun tetap sosok beliau sebagai seorang Kiai.
Dalam bahasa pesantren hal ini disebut sikap “Tawadhu.” Sedangkan Tawadhu memiliki pengertian menampakkan rasa rendah diri, terhadap seseorang yang dihormati.
Dikatakan Tawadhu adalah menghormati orang yang lebih tinggi atau karena kelebihannya. Kelebihan KH. Maruf Amin sosoknya sebagai seorang Kiai yang pernah memimpin Majelis Ulama Indoensia (MUI), seseorang yang disegani di dunia para santri. Kelebihan Kiai yang memiliki ketinggian ilmu. Maka Sandi harus mengakui KH. Maruf Amin atas keilmuan beliau. Sandi jangan sampai terjebak atas keilmuannya sendiri, meski Sandi lulusan terbaik di kampus luar negeri. Karena ketinggian ilmu seseorang bukan ditentukan nilai ijasah, tapi sikap kita dalam menghormati seseorang.
Tawadhu adalah menerima kebenaran dan mematuhi hukum. Dalam hal ini Sandi juga harus menerima apa yang disampaikan KH. Maruf Amin sebagai kebenaran. Jangan membantah beliau, karena beliau menunjukkan jalannya. Maka nanti dengan sendirinya Sandi akan menemukan jalannya.
Tawadlu’ adalah menerima dan mengikuti. Sandi harus menerima apa yang disampaikan nantinya dalam debat wakil presiden dan ikutilah apa yang disarankan KH. Maruf Amin. Karena apa yang Kiai sampaikan merupakan perintah supaya Sandi mampu menjalankan kinerja pemerintahan dengan baik.
Tawadhu adalah tidak memandang kedudukan dan keadaan diri sendiri atau yang lebih mulia dari orang lain. Inilah yang harus dipahami oleh Sandi, jangan sampai menyombongkan diri di hadapan Kiai. Sandi harus mampu menempatkan dirinya, dirinya sebagai santri. Sebab apa yang diucapkan Kiai adalah doa dan dalam doa tersebut ada keberkahan. Sosok Kiai pastinya berkeinginan supaya santrinya sukses, dengan sendirinya Sandi akan mendapatkan kesuksesan, berkah doa Kiai.
Sebagaimana Rasulullah Saw, bersabda: “Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepadaku, yaitu hendaklah kalian bersikap tawadlu’ (merendahkan diri), sehingga tak ada seorangpun bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain." (HR. Muslim)
Bahkan sikap tawadhu di kalangan pesantren menjadi inti point dalam pembelajaran. Maka tidak heran kitab adab menjadi pokok pembelajaran. Seperti mempelajari kitab karya KH. Hasyim Asy’ari “Adabu Al Alim Wa Al Muta’allim”.
Kaitannya dengan tawadhu dalam pembelajaran, menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabu Al ‘Alim Wa Al Muta’alim antara guru dengan murid harus memiliki sikap tawadhu dalam pembelajaran.
Jika Sandiaga Uno mampu menempatkan dirinya dan memiliki sikap tawadhu terhadap KH. Maruf Amin, bawasanya tidak ada perdebatan yang ada yakni pembelajaran. Sandi pastinya memperoleh manfaat dan berkah ilmu dari Kiai, itulah kemenangan sesungguhnya. Sebab setiap Kiai berkeinginan melihat santrinya sukses, sukses memimpin pemerintahan dengan adil dan mampu mensejahterakan rakyatnya. (Luk)
Jadi perdebatan besok Sandiaga Sholahuddin Uno atau Sandi seyogyanya menempatkan KH. Maruf Amin bukan sebagai lawan politik melainkan guru. Begitupun juga KH. Maruf Amin jangan ditempatkan sebagai pesaing wakil presiden, namun tetap sosok beliau sebagai seorang Kiai.
Dalam bahasa pesantren hal ini disebut sikap “Tawadhu.” Sedangkan Tawadhu memiliki pengertian menampakkan rasa rendah diri, terhadap seseorang yang dihormati.
Dikatakan Tawadhu adalah menghormati orang yang lebih tinggi atau karena kelebihannya. Kelebihan KH. Maruf Amin sosoknya sebagai seorang Kiai yang pernah memimpin Majelis Ulama Indoensia (MUI), seseorang yang disegani di dunia para santri. Kelebihan Kiai yang memiliki ketinggian ilmu. Maka Sandi harus mengakui KH. Maruf Amin atas keilmuan beliau. Sandi jangan sampai terjebak atas keilmuannya sendiri, meski Sandi lulusan terbaik di kampus luar negeri. Karena ketinggian ilmu seseorang bukan ditentukan nilai ijasah, tapi sikap kita dalam menghormati seseorang.
Tawadhu adalah menerima kebenaran dan mematuhi hukum. Dalam hal ini Sandi juga harus menerima apa yang disampaikan KH. Maruf Amin sebagai kebenaran. Jangan membantah beliau, karena beliau menunjukkan jalannya. Maka nanti dengan sendirinya Sandi akan menemukan jalannya.
Tawadlu’ adalah menerima dan mengikuti. Sandi harus menerima apa yang disampaikan nantinya dalam debat wakil presiden dan ikutilah apa yang disarankan KH. Maruf Amin. Karena apa yang Kiai sampaikan merupakan perintah supaya Sandi mampu menjalankan kinerja pemerintahan dengan baik.
Tawadhu adalah tidak memandang kedudukan dan keadaan diri sendiri atau yang lebih mulia dari orang lain. Inilah yang harus dipahami oleh Sandi, jangan sampai menyombongkan diri di hadapan Kiai. Sandi harus mampu menempatkan dirinya, dirinya sebagai santri. Sebab apa yang diucapkan Kiai adalah doa dan dalam doa tersebut ada keberkahan. Sosok Kiai pastinya berkeinginan supaya santrinya sukses, dengan sendirinya Sandi akan mendapatkan kesuksesan, berkah doa Kiai.
Sebagaimana Rasulullah Saw, bersabda: “Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepadaku, yaitu hendaklah kalian bersikap tawadlu’ (merendahkan diri), sehingga tak ada seorangpun bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain." (HR. Muslim)
Bahkan sikap tawadhu di kalangan pesantren menjadi inti point dalam pembelajaran. Maka tidak heran kitab adab menjadi pokok pembelajaran. Seperti mempelajari kitab karya KH. Hasyim Asy’ari “Adabu Al Alim Wa Al Muta’allim”.
Kaitannya dengan tawadhu dalam pembelajaran, menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabu Al ‘Alim Wa Al Muta’alim antara guru dengan murid harus memiliki sikap tawadhu dalam pembelajaran.
Jika Sandiaga Uno mampu menempatkan dirinya dan memiliki sikap tawadhu terhadap KH. Maruf Amin, bawasanya tidak ada perdebatan yang ada yakni pembelajaran. Sandi pastinya memperoleh manfaat dan berkah ilmu dari Kiai, itulah kemenangan sesungguhnya. Sebab setiap Kiai berkeinginan melihat santrinya sukses, sukses memimpin pemerintahan dengan adil dan mampu mensejahterakan rakyatnya. (Luk)
0 Comments