Disqus for langgart

Mahfud MD Jangan Sakiti Saudaraku

Foto: rmol
Masyarakat kita itu masyarakat yang suka dengan kehebohan. Maka jika ada tokoh besar berpendapat akan benar-benar diamati. Bagi yang mengidolakan tokoh tersebut, akan diamati pendapatnya. Namun bagi yang tidak suka, mereka akan benar-benar mengamati dengan detail dengan tempo selambat-lambatnya berharap saat bertutur kata kepleset.

Barangkali inilah yang dialami Mahfud MD dalam video yang beredar. Mahfud MD berpandangan perlu adanya rekonsiliasi antara Prabowo Subianto dengan Joko Widodo (Jokowi). Inilah yang benar-benar ditunggu dan akhirnya kejadian juga. Mahfud MD harus menyerah dalam bertutur kata yang mengatakan Prabowo dianggap menang di provinsi yang dianggap garis keras dalam hal agama.

Ini bukan persoalan Mahfud MD yang mengklaim kemenangan Jokowi atas pilpres 2019. Tapi soal kita beragama, karena pendukung Prabowo-Sandi itu memang menunjukkan labelitas dalam hal beragama yang jelas-jelas sangat mencolok yakni Islam. Maka wajar saja jika tutur kata Mahfud MD dimaksudkan bawasanya pendukung Prabowo dalam hal agama adalah Islam keras. Atau singkatnya bisa dianggap oleh masyarakat Islam garis Keras.

Maka statmen ini akan mengatakan bawa kemenangan Prabowo di beberapa provinsi kemenangannya seperti Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, dan Sulawesi Selatan dihuni penduduk yang menganut Islam garis keras. Maksud hati ingin mengutarakan tentang hal rekonsiliasi, namun tanggapan yang diterima bukan lagi rekonsiliasi tersebut. Namun terjadi dekotomi atau pandangan pembeda, bawasanya Mahfud MD telah menjustic di beberapa provinsi kemenangan Prabowo berpenduduk Islam keras.

Sebenarnya tutur kata Mahfud MD sangat indah, bunyinya seperti ini, “Rekonsiliasi lebih penting untuk menyadarkan agar bangsa bersatu. Sebab bangsa ini hanya akan maju kalau bersatu.”

Namun sangat disayangkan pernyataan bagus tersebut harus dinodai dengan adanya pembedaan antara satu garis dengan garis yang lain. Padahal itu semua adalah garis kesempurnaan dalam berpancasila. Maka Mahfud MD harus tahu karena beliau ini kan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Barangkali beliau ingin menjelaskan keberpancasilaan, tapi sayangnya lain lagi dengan pandangan di masyarakat kita.

Beliaunya kan harus mengerti dan tahu betul bahwa ada beragam sebutan dalam hal Islam. Ada yang menyebutkan Islam fundamental, Islam radikal, Islam transfomatif, dan bahkan Islam liberal. Begitupun juga soal garis Islam, ada yang menamakan dirinya Islam garis keras, Islam garis lucu, Islam ramah, Islam marah, maupun Islam garis kanan kiri ok.

Inilah keberagaman cara kita berislam. Sebenarnya saya sebagai orang Jawa tidak tersingung, cuman sayang saja dengan deret gelar Pak Mahfud MD yang mana saya tidak bakalan bisa menyamai gelar beliau. Apalagi juga beragam prestasi dan jabatan seperti menjadi Menteri Pertahanan Republik Indonesia, kemudian Menteri Kehakiman, Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dan Anggota Dewan PengarahUnit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila.

Islam saya ini belum genap, bukan soal berapa tahun saya berislam, tapi soal bagaimana sulitnya mendakwahkan agama Islam di Jawa dari tahun 700 sampai 1.300 M tidak ada yang berkeinginan berislam. Syaikh Syamsuddin al-Baqir al-Farsi atau kita kenal dengan sebutan Syaikh Subakir yang hidupnya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah harus turun tangan ke tanah Jawa. Sehingga tanah Jawa ada beragam model cara masyarakat berislam, ada Islam garis lugu hingga garis lucu. Apalagi di luar tanah Jawa, tentu juga beragam model seperti di tanah Jawa.

Saya sangat menyadari barangkali Pak Mahfud MD memang benar-benar kepleset dalam hal bertutur kata, namanya lidah memang tidak bertulang. Maka tulang-tulang di luar lidah harus kita satukan, kalau bahasa beliau “rekonsiliasi” bukan malahan kita patah-patahkan. Biarlah soal patah-patah itu urusannya model dalam bergoyang. Bukannya mengoyang keberagamaan masyarakat menjadi pembeda yang dapat memecah belah masyarakat, karena hakikatnya sudah berbeda. (Lukni An Nairi)

Post a Comment

0 Comments