Bunyi pembacan teks proklamasi terdengar tepat pada pukul 00.17, sebagai tanda detik-detik kemerdekaan Indonesia. Kemudian terdengar pembacaan UUD 1945 pasal 33. Lalu dengan gaya memegang botol plastik teks puisi dibacakan. Teks puisi tersebut diantaranya berbunyi; privatisasi dan liberalisasi/rapalan kitab suci/air/botol/plastik/indonesia dalam kemasan.
Seniman
nyentrik yang memiliki nama pena Lukni An Nairi sedang membacakan puisi
tunggalnya. Pemilik nama asli Lukni Maulana saat ini amanahi sebagai Ketua
Lesbumi NU Jawa Tengah. Puisi tunggalnya yang diberi judul “Botol” tersebut ia
bacakan waktu dini hari, ketika orang-orang sibuk dengan slimutnya.
Namun selain
membacakan puisi, gerak dan suara gaya performance art ditampilkan pada gelaran
acara yang dilaksanakan di Gubuk Tempayan Kota Semarang ini. Performance art
yang mengusung botol berisi air dan hiasan bendera.
Sang seniman
mandi dengan air tersebut, rambut panjangnya terbasahi oleh air dan kramas
dengan shampo yang telah disediakan. Bahkan tidak hanya kramas, iapun meluluri
tubuhnya dengan sabun. Persis peragaan orang mandi. Namun ia mampu menikmati
mandi tersebut, meski udara dini hari itu sangat dingin.
Itulah ungkapan,
karena kecintaan tidak hanya dengan memuji karena jika selalu mendapatkan
pujian ia bisa menampakan kesombongannya. Bentuk lain ungkapan cinta adalah
dengan cara memberikan kritik atas kekurangannya sehingga ia akan mampu
berproses untuk menjadi lebih baik. Inilah cara yang dilakukan Ketua Lesbumi NU
Jawa Tengah dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan ke-74 RI.
Bawasanya
sesuai pasal 33 bahwa bumi, air, dan tambang dikuasai negara untuk memberikan
kemakmuran kepada rakyatnya. Namun kenyataanya sangat tidak sesuai dengan
harapan, memang harapan tinggallah harapan semuanya bisa menguasai salah
satunya swasta dan pihak asing.
Pada akhir
pertunjukan puisi terdengar nyanyian dolanan yang berbunyi; Alas-alas
gundul-dul gembelengan/gunung-gunung ajur-jur gembelengan/banyu udan dadi
ngebaki dalan/banyu kali sobone tengah ratan.
Lukni
Maulana mengatakan bawasanya ia mengambil waktu 00.17, selain tanggal
kemerdekaan ada makna lain yakni 17 adalah jumlah rakaat shalat. Shalat sendiri
merupakan pondasi agama. Maka jika ingin membangun negara ini perlu adanya
pondasi, dan pondasi tersebut adalah kedaulatan.
“Memegang
teguh kecintaan kita pada NKRI dan tanpa merusak sumber daya alam yang menjadi
kekayaan bangsa ini,” pungkasnya.
0 Comments